Setelah Abi meninggalkan penginapan,
Asih termenung di atas pembaringan. Dia masih belum yakin jika telah
menikah dengan Abi. Perasaan yang hadir biasa saja. Tak ada debar
seperti saat pertama kali dia menikah. Apakah ini karena seorang Abi?
Lelaki yang memiliki kemiripan dengan mas Firman?
Asih bangkit dari pembaringan, membuka
jendela kamar dan memandang laut yang dekat dengan penginapan. Suara
deburan ombak terdengar memecah kesunyian malam. Asih menghela nafas.
Perasaan bimbang tiba-tiba hadir dalam benaknya.
Benarkah keputusanku ini? Apakah ini
bukan tindakan yang salah? Kasihan Abi harus menikah tanpa jaminan
cinta. Maafkan saya Abi, saat ini tak ada perasaan khusus padamu selain
getaran yang hadir karena kemiripan wajahmu dengan mas Firman, Asih bergumam.
Rasa cemas itu tak juga hilang hingga
Asih menutup jendela dan merebahkan tubuh di pembaringan. Sambil
memejamkan mata, pikirannya terus dipenuhi bayangan Firman dan Abi.
Mereka hadir silih berganti dengan pesona masing-masing. Asih akhirnya
terlelap dengan perasaan gelisah yang makin dalam.
***
“Bagaimana?sudah siap?” tegur Abi saat
Asih membuka pintu kamar. Setelah sebelumnya mengucapkan salam pria itu
kemudian mendekati Asih yang siap membawa ranselnya. Abi muncul tepat
jam tujuh untuk menjemput Asih yang telah dinikahinya secara siri itu
pulang ke Desa Rangkat.
“Barang-barangku tidak banyak kok ,Bi. Hanya ransel dan tas ini.”
Abi meraih ransel milik istrinya itu lalu menaruh di punggungnya.
“Biar saya yang bawa.” Ucapnya sembari tersenyum. Asih tercenung. Wajah Firman sekelebat hadir membayang di wajah Abi.
“Asih? Kenapa memandang saya seperti
itu?” teguran Abi menyadarkan Asih dari lamunan. Dia terkejut lalu
buru-buru melangkah keluar. Namun sebelum tubuhnya melewati pintu, Abi
lebih dulu menyentuh lengannya.
“Ingat Firman, ya?” tebak Abi dengan tatapan lembut. Asih meliriknya sekilas.
“Maafkan saya..”
“Tidak apa-apa. Hal yang wajar. Jangan tertekan karena perasaan itu. Saya baik-baik saja.”
Tekanan suara Abi terdengar datar namun
Asih tak melihat perubahan wajah Abi karena terus menunduk. Pria itu
nampak muram meski sesaat kemudian dia tersenyum dengan mata yang sendu.
Mereka berdua kemudian menumpang bus
menuju Desa Rangkat. Dalam perjalanan sesekali Asih mencuri pandang ke
arah Abi yang selalu melihat ke depan. Abi bukan tak menyadari sepasang
mata terus menatapnya. Lewat ekor matanya, dia bisa melihat gerakan
kepala Asih yang tertuju padanya. Hanya dia memilih diam agar tak
mengusik kebahagiaan perempuan itu.
“Siapa yang Asih bayangkan?” tanya Abi
tiba-tiba. Dia tak tahan sejak tadi Asih terus memandangnya. Asih
memalingkan wajah ke arah jendela dengan debaran jantung berpacu cepat.
Abi menyentuh lengannya.
“Siapa?Firman, ya?” tanyanya dengan
perasaan getir. Bagaimanapun dia memiliki hati. Walau Firman sahabatnya
tapi sekarang Asih adalah istrinya. Perasaan ikhlas ternyata tak bisa
menahan rasa cemburu yang hadir dalam hatinya.
Asih mengangguk pelan.
“Maaf, saya tahu ini pasti akan terjadi.
Tapi saya tidak ingin bohong sama Abi. Maaf..” Kembali ucapan maaf
terlontar namun kali ini mata Asih berkaca-kaca. Melihat itu timbul rasa
bersalah dalam hati Abi. Dia lalu mengulurkan tangan di belakang
punggung istrinya, merangkulnya dengan mesra. Tak ada ucapan selain
rangkulan itu makin erat.
***
Ketika mereka tiba di gerbang desa dan turun dari angkot, seseorang menyapa dan nyaris terpelanting dari onthelnya.
“Mas Firman??” Kang Inin melotot kaget
setelah menghentikan mendadak onthel kesayangannya. Abi hanya tersenyum.
Dia tahu kedatangannya akan menghebohkan Desa Rangkat karena memiliki
kemiripan dengan Firman.
“Bukan kang Inin, ini Abi suami saya..”
jawab Asih sambil tersenyum. Dia geli melihat Kang Inin masih
terbengong-bengong sambil mendorong sepeda onthelnya mengikuti mereka
menuju rumah Pak Windu Hernowo, ayah Asih.
Dalam sekejap warga Desa Rangkat heboh.
Kang Inin yang semula menemani Asih dan Abi tiba-tiba hilang entah
kemana. Dan seiring hilangnya kang Inin, rumah pak Windu juga telah
penuh dengan kerumunan warga. Wajah-wajah penasaran tak lagi dapat
dibendung. Mereka ingin tahu kebenaran kabar yang beredar.
Pak Windu juga kewalahan melayani warga yang antusias ingin melihat Abi.
“Tenang semuanya, sabar ya. Asih dan
Abi, menantu saya baru saja tiba. Kasihan mereka masih kelelahan. Tunggu
sebentar saja, biarkan mereka beres-beres dulu.”
Selesai berkata, Pak Windu bergegas masuk ke dalam rumah menemui Asih yang baru keluar dari kamar mandi.
“Nanda segera keluar bersama Abi. Warga
ingin melihat rupa nanda Abi seperti apa. Mereka sama terkejutnya dengan
ayah. Jadi sebelum terjadi demo, sebaiknya nanda segera menemui
mereka.” Ucap Pak Windu dengan wajah cemas. Asih maklum dan segera ke
kamar menjelaskan situasi terkini ke Abi. Pria itu nyaris tak dapat
menahan tawa andai tak melihat wajah istrinya.
“Ini bukan lelucon, Abi. Ini kenyataan yang menghebohkan desa. Ayo kita keluar dan mengumumkan pernikahan kita..”
Saat Abi keluar dari dalam rumah.
Gemuruh suara warga terdengar. Sebagian besar tak mempercayai ada
kenyataan seperti ini. Firman dan Abi memiliki kemiripan yang sempurna.
Bahkan ada beberapa warga yang menitikkan air mata.
“Mas Firman hidup lagi..” suara
terdengar dari kerumunan warga. Mbak Enggar menangis sementara Mommy,
mbak Jingga, Dorma, Acik, mbak Ranti, Mahar, Sekar, Kayana, mbak Yety,
Oma, bunda Nyimas, mbak Yuli Zunior, Yulia Rahmawati yang memegang
lengan Yuli Telo menatap tak percaya. Sejak tadi mereka berkerumun di
teras menunggu dengan gelisah. Nampak Trio cantik putri pak RW berdiri
dihalaman karena tak muat di teras. Sementara Zwan, Miss Rochma, Mbak
Dwee dan Dewa saling berbisik-bisik takjub dengan apa yang mereka lihat.
Vianna Moenar datang beriringan dengan Jizan,Auda, Sumarti Saelan, dan
mbak Indriati See.
Para lelaki pun tak kalah semangatnya,
bahkan ada yang sengaja meninggalkan kegiatan mereka di kantor, Studio,
toko, swalayan, warnet, kebun dan sawah demi melihat langsung keajaiban
tersebut. Pongky datang dengan pakaian pocongnya, Ki Dalang bahkan masih
lengkap dengan blankonnya. Mas Hans datang dengan rombongan Pak RW, Pak
RT, Kakek Astoko, Mas Halim, mas Rizal, mas El, mas Lala dan mas Yayok.
Sementara dari kejauhan kang Inin yang membonceng mas Erwin memacu
onthel dengan kecepatan tinggi. Mbak Kembang terburu-buru turun dari
motor mas Riyadi Nanang yang memboncengnya.
“Perhatian semuanya…!” Pak Windu bersuara lantang.
“Saya Windu Hernowo, atas nama putri
saya Asih dan mantu saya Abi Rangkat, mengumumkan secara resmi jika
putri saya telah melangsungkan pernikahan. Acara syukuran baru akan di
laksanakan beberapa hari lagi. Ucapan saya ini anggap sebagai undangan
resmi meski belum ada undangannya.”
Sambutan pak Windu di sambut gembira
warga. Mas El maju mendekati Abi dan memeluknya dengan penuh haru. Abi
yang tak mengerti hanya diam sambil tersenyum.
“Aku sangat gembira melihatmu. Mas
Firman adalah sahabatku, kami sangat dekat. Kehadiran Abi terasa jika
mas Firman tak pergi meninggalkan kami.” Ucapan El membuat Abi maklum
akan sikap El padanya. Dia akhirnya menepuk bahu lelaki itu.
“Kita juga bisa bersahabat. Firman dan saya tidak jauh berbeda.” Mas El tersenyum senang.
Tak perlu waktu lama, berkas pernikahan
Asih dan Abi kelar di KUA. Mas Hans sendiri yang mengantar karena sangat
terharu Asih sekdes akhirnya menikah. Mahar juga berniat menyumbang
roti berbagai rasa. Sekar tak mau kalah, nyumbang kripik. Mbak Yety
bagian catering tapi bukan gratis, hanya potongan harga discount.
Sementara Mbak Ranti bersedia mengatur dekorasi dengan keindahan
bunga-bunga yang ada di tokonya.
Kang Inin menyebarkan undangan dengan
semangat 45. Serasa menemukan sahabat lama ketika dia melihat Abi. Rasa
kehilangan ketikan Firman meninggal kini terobati dengan kehadiran Abi
yang bersahaja. Sikapnya yang ramah tak ubahnya Firman yang begitu mudah
akrab dengan seluruh warga. Kang Inin menemukan teman untuk berbagi di
pos ronda.
***
Tibalah hari mendebarkan itu ketika Ijab
Qabul secara resmi akan dilaksanakan di kediaman Pak Windu. Warga dan
perangkat desa telah hadir dengan wajah sumringah. Tawa dan canda
terdengar di mana-mana. Pembicaraan juga masih seputar Abi yang wajahnya
mirip dengan Firman. Mas Hans makin kagumm pada mbak Ranti ketika
melihat dekorasi halaman dan rumah Pak Windu sangat menarik berkat
keahlian Ranti mendekorasi.
“Indahnya..” puji mas Hans membuat Ranti kegirangan mendengarnya.
Panitia telah bersiap di posisi
masing-masing. Ini adalah pesta warga, tak ada tamu karena semua ikut
andil mempersiapkan. Pak Windu bersyukur berada di Desa Rangkat. Serasa
memiliki keluarga besar yang sangat kompak. Beberapa kali di mengusap
air matanya karena terharu.
“Penghulu datang!” teriak warga yang
berada di halaman depan. Abi yang sejak tadi duduk bersila di ruang tamu
makin berdebar. Apalagi ketika penghulu duduk tepat didepannya. Entah
mengapa jantungnya berdebar kencang terlebih ketika Asih muncul dalam
balutan kebaya putih motif keemasan dan jilbab warna senada.
Disaksikan ratusan warga Desa, dengan
suara lantang Abi mengucapkan Ijba Qabul untuk kedua kalinya. Kali ini
perasaannya lega karena telah resmi memperistri Asih. Tak ada lagi
kecemasan dalam hatinya. Kini yang tersisa hanya kesabaran untuk
menunggu Asih benar-benar mencintainya bukan sebagai Firman tapi
sebagai Abi.
Malamnya untuk pertama kali, Abi dan
Asih berada dalam kamar yang sama. Abi bersikeras tak ingin sekamar
sebelum pernikahan mereka berlangsung resmi menurut aturan hukum negara.
Sementara Asih merasa kikuk. Bersama Abi dalam ruangan membuatnya
canggung. Namun ada rasa bahagia yang memenuhi perasaannya. Dia merasa
tenang dan damai karena kini telah telah memiliki seseorang yang akan
mendampinginya melewati hidup yang penuh suka dan duka. Seseorang yang
menyayangi dan mengasihi dirinya.
Tapi Asih diam termenung. Saat teringat
akan cinta yang belum utuh dihatinya untuk Abi. Rasa bersalah membuatnya
gelisah dan tak tidur dengan nyenyak.
“Asih? Kenapa belum tidur juga? Sakit ya
atau kelelahan?” Abi bertanya lembut sambil menyentuh dahi istrinya.
Asih menoleh melihat Abi dalam keremangan lampu kamar.
“Maafkan saya, Abi. Berikan saya waktu untuk membenahi hati.”
Abi tersenyum. Meski wajahnya nampak lelah tapi matanya terlihat bahagia.
“Jangan merasa terbebani. Biarkan semua
mengalir. Cinta itu akan menemukan jalannya sendiri. Sekarang saya lega
karena Asih telah benar-benar resmi menjadi milik Abi.” Ucapnya lembut
sambil mengelus rambut istrinya. Asih terharu, terucap doa dalam hatinya
agar bisa membahagiakan lelaki yang telah memilihnya menjadi belahan
jiwa.
***
Hari berlalu kehidupan desa kembali
seperti biasa. Kehadiran Abi kini tak lagi menjadi bahan perdebatan. Dia
diterima dengan suka cita terlebih setelah menikah dengan Asih. Namun
kehidupan rumah tangga belum sepenuhnya utuh di lakoni pengantin baru
tersebut. Cinta Asih untuk Firman masih membekas dalam dan tak
meninggalkan ruang kosong. Abi terus bertahan dan mencoba memahami meski
kini ada keresahan dalam batinnya.
“Mas?” panggil Asih membuat Abi menoleh
takjub. Panggilan dengan kata mas baru kali ini didengarnya setelah
mereka menikah. Hatinya bergetar hebat saat memandang istrinya itu. Asih
mendekatinya lalu menyentuh jemarinya.
“Saya berangkat kerja dulu, ya.
Hati-hati dirumah.” Pesannya. Asih mencium punggung tangan suaminya
namun tak melepaskan pegangannya. Abi merasa heran.
“Ada apa?”
Asih menunduk lalu menatapnya lekat-lekat.
“Mas, cintaku untuk mas Firman telah
saya tempatkan di ruang khusus dalam hatiku. Saya kunci rapat-rapat
agar tak menghilang. Sementara ruang kosong dalam hatiku yang seluas
samudra, kini menjadi milikmu dan tak ada orang lain yang berhak
memasukinya selain dirimu.”
Abi terpana. Rasa haru membuatnya
refleks memeluk istrinya itu. Pelukan yang pertama kali mereka lakukan
setelah resmi menikah. Pelukannya makin erat dengan mata yang basah
karena bahagia. Asih juga demikian. Airmata mengalir dipipinya kala
membalas pelukan hangat suaminya itu.
“Makasih, sayang. Saya benar-benar
bahagia..” Abi berbisik di telinganya. Asih membenamkan wajahnya,merapat
di tubuh suaminya itu. Kali ini tak ada lagi keraguan. Cinta dihatinya
kini adalah milik Abi seorang. Semoga selamanya mereka bisa bersama dan
mengarungi bahtera rumah tangga dengan cinta dan kasih sayang yang
selalu terjaga.
T A M A T
Postingan ini adalah penutup dari kisah
ECR ( Episode Cinta Rangkat ) kolaborasi mas Deddy K. Sandi dan Asih
Rangkat. Ini menjadi akhir dari kisah Edelweis yang selama ini menjadi
tema. Kolaborasi ini telah menghasilkan sejumlah postingan dari kedua
penulis di tambah dengan postingan beberapa warga menjelang akhir ECR
tersebut.
Berikut beberapa postingan sebelumnya yang menjadi alur kisah ECR Edelweis hingga tamat.
0 komentar:
Posting Komentar